1. BAGTERIA
Nancy Go, wanita yang menyukai kerajinan tangan ini adalah perancang tas bermerek Bagteria, pernah bekerja sebagai merchandiser untuk fashion apparel
di sebuah perusahaan asing. Tak hanya mendesain, Nancy juga terlibat
dalam proses produksi pada awal pembuatan tas Bagteria, yang
keseluruhannya dibuat dengan tangan (handmade).
Bagteria
pertama kali diluncurkan di Hong Kong pada 2000. Di Hong Kong, Nancy Go
memilih satu distributor sebagai master franchise yang menyebarkan
Bagteria ke butik-butik pilihan. Dua tahun kemudian, Nancy berhasil
menembus pasar Jepang dengan cara yang sama dan negara-negara eropa
ditahun berikutnya. Kini Bagteria tersebar di 30 negara termasuk Italia,
Prancis, Inggris, AS, Jepang, dan Kuwait. Di Indonesia, Bagteria dapat
ditemukan antara lain di Seibu dan Alun-Alun Indonesia.
2. SABBATHA
Sabbatha Rahzuardi --perancang dan pemilik Sabbatha-- setelah tiga tahun bekerja sebagai art director
di perusahaan periklanan di Bali, dia memutuskan menjadi desainer tas,
profesi yang masih sangat langka di Indonesia. Sabbatha mendirikan toko
di Seminyak, Bali, pada 2006. Berawal dengan mencoba membuat tas
berbahan kain, hingga memutuskan fokus dengan memadukan material naturan
seperti kulit dengan berbagai material seperti batu-batuan natural,
ukiran tanduk rusa, dan ukiran perak.
Saat ini Sabbatha telah
hadir di banyak kota dunia, antara lain Mumbai, Hawai, Roma, Amsterdam,
Milan, Cannes, Florence, Sydney, St. Tropez, Tokyo dan Moskow. Beberapa
sosialita dunia tercatat sebagai pengguna merek Sabbatha, antara lain
artis Katie Holmes, supermodel Elle Macperson, dan penyanyi Helena
Paparizou.
3. MIMSY
Label Mimsy adalah produk
tas hasil karya desainer Indonesia Christyna Theosa, kelahiran Tuban, 2
Januari 1982. Berawal dari hobi mendesain tas model clutch sejak masih berstatus mahasiswi di jurusan grafis, Art Center College of Design Pasadena, Amerika Serikat, pada 2003. Kemudian pada akhirnya di 2004 mulai membuat clutch-nya sendiri dengan label Mimsy. Nekat memasukkan clutch
hasil karyanya ke sebuah butik di Santa Monica, California, tenyata
membuahkan hasil. Dalam waktu yang relatif singkat, tas yang dia beri
merek Mimsy ini mulai menarik pelanggan di negeri Paman Sam tersebut.
Kini
tas Mimsy, yang kabarnya pernah di taksir Ibu Negara Ani Yudhoyono,
dapat ditemui di Amerika (New York, Los Angeles, Chicago), Jepang,
Malaysia, dan tentunya Indonesia (Grand Indonesia Shopping Town). Selain
itu Mimsy juga sering melenggang di berbagai event Internasional
seperti fashion week di New York dan Las Vegas, juga di Jepang, Kanada,
Sydney, Dubai, dan Madrid.
4. BIN HOUSE
Josephine
Werratie Komara yang juga dikenal sebagai Obin atau Bin adalah pendiri
dan pemilik Bin House Indonesian Creation, PT. Binkomara Huma. Koleksi
kain yang dimiliki Obin saat ini telah mencapai sekitar 2000 lebih,
bermula pada 1970-an, dengan mengumpulkan potongan-potongan kain
vintrage dari seluruh Indonesia. Menurut Obin, Indonesia kaya akan
koleksi kain. Obin juga menjelaskan, kain Indonesia tidak hanya Batik,
tetapi terdapat banyak jenis kain lain dari beberapa daerah dengan ciri
khas dan formula yang tidak hanya berfokus pada motif.
Totalitasnya
dalam mengerjakan sesuatu hasrat yang begitu kuat akan kain telah
membuatnya sebagai seorang ahli kain, tukang kain (the cloth maker).
Lewat Bin House, Obin behasil menampilkan Batik dan kain tenun
tradisional menjadi kain-kain kontemporer yang tidak habis di "makan"
zaman. Tercatat beberapa orang terkenal mengoleksi karya-karyanya,
antara lain artis Hollywood Julia Robert dan Mick jagger vokalis band
rock legendaris The Rolling Stones. Saat ini jaringan usaha Bin House
selain di Jakarta dan Bali juga tersebar di Jepang, Singapura, Taipei,
Hong Kong, Kuala Lumpur, Thailand, dan Amerika Serikat.
5. (X) S.M.L
Menjalankan bisnis ritel massal dengan sistem partnership
ternyata membuahkan hasil manis. Adalah Biyan Wanaatmaja, seorang
perancang kawakan tanah air, yang ber-partner dengan pengusaha garmen
asal Solo, Benarty Suhali, pada 1999 berhasil membangun produk fashion
siap pakai bernapas muda dan modern berlabel (X) S.M.L. Biyan menangani
bidang kreatif dan Benarty mengurusi manajemen perusahaan. Pembagian
tugas yang pas ini kabarnya merupakan kunci sukses mereka. Sejak 2006
gerai (X) S.M.L telah memasuki department store di Manila, Filipina, dan
Hawaii.
6. SUICIDE GLAM
Booming Distro atau pakaian dengan konsep clothing distributor
pada awal 2000-an, menginspirasi Rudolf Dethu dari Kuta, Bali untuk
membuat label Suicide Glam, produk pakaian dengan karakter perpaduan
antara musik dan fashion. Marking rock and rock punk glam dan flamboyant
sangat kental pada koleksi-koleksinya. Hubungan pertemanan yang baik
dengan pengunjung tokonya yang sebagian besar berasal dari luar negeri,
merupakan salah satu modal pendiri Suicide Glam tersebut untuk menembus
pasar ekspor. kni produknya dapat ditemui di beberapa negara seperti
Spanyol, Kanada, Jepang, Kolombia, Jerman dan Australia.
7. PARTNER IN CRIMES
Partner
in Crimes adalah label produk sepatu wanita, Fahrani Empel sebagai
pemilik bisnis ini, dulunya sempat menggeluti dunia modelling dan layar
lebar. Karakter sepatu yang rebellious dengan stud-nya mendapat sambutan
positif dari publik, baik lokal maupun internasional. Tak hanya kondang
di Bali, Partner in Crimes juga disalurkan lewat butik multibrand di
Jakarta bahkan sudah menembus pasar Ibiza di Spanyol dan penjajakan
untuk pasar Australia.
8. MAMA & LEON
Melalui proses yang panjang. Erlina, pemilik label Mama & Leon memulai produksi pakaian wanita secara home industry.
Kini Mama & Leon telah berkembang menjadi perusahaan tekstil dan
garmen. Produknya merupakan perpaduan bahan-bahan (katun, polyster,
chiffone, sutra, dan rayon) dengan airbrush painting. Setelah
sukses di tanah air dengan koleksi pakaiannya yang feminin dan kasual,
kini Mama & Leon telah merambah pasar Amerika Serikat, Inggris, dan
beberapa negara Asia.
9. Le MONDE
Pengusaha Jackie Ambadar adalah nama dibalik sukses brand Le
Monde, yang memproduksi berbagai macam perlengkapan bayi. Mulai dari
handuk hingga tempat tidur bayi. Berdiri pada 1982 dan 4 tahun kemudian
berhasil mengekspor produknya ke berbagai negara di Asia, Australia,
Jerman, Kuwait dan Bahrain. Pada 2005 berhasil mendapatkan penghargaan Best Asian Infant Wear karena sukses menjaga kualitas yang prima.
10. OUVAL RESEARCH
Trio Rizki, Maskom, dan Firman pada 1997 mencipatakan Ouval Research di tengah maraknya komunitas skateboard di Bandung pada saat itu. Koleksi kaosnya dengan print unik dan kental dengan street style
yang dinamis, fun dan berjiwa muda merupakan karakter kekuatan label
ini. Dari kaos kemudian berkembang hingga ke produk aksesoris, tas,
sepatu, bahkan MP3 dan otopet. Berkat keseriusannya kini Ouval Research
bekembang pesat hinga berhasil mengekspor produknya ke mancanegara
seperti Singapura di butik Fyeweraz dan Skateboard di Jerman.
0 Response to "10 Produk Fashion yang Go Internasional"
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai dengan isi Artikel dan mohon jangan menaruh Link Aktif